Oleh Heri Faisal
Beralaskan tikar seadanya yang disediakan dari rumah ke rumah, para bapak duduk rapi bersila memanjang di kiri kanan jalan. Yang lebih tua memakai peci beragam warna. Anak-anak usia sekolah hilir mudik di antara mereka, bermain kejar-kejaran, atau bercengkrama. Sementara ibu-ibu sibuk mengaduk mi, membuat bumbu, menyiapkan piring, sendok, dan perkakas lain.
Di tengah virus cuek melanda masyarakat zaman sekarang, masih ada kompleks perumahan yang tetap menjaga tradisi gotong royong dan ronda. Dua kegiatan yang tidak saja menjaga lingkungan, tapi sekaligus menjadi ciri dasar masyarakat Indonesia yang perlahan terdengar sayup. Bagaimana ceritanya?
Pupuk terus keakraban (f/ist)
Sekitar 90 kepala keluarga (KK), para bapak bersama anak istrinya tumpah ruah di sepanjang jalan kompleks perumahan RT/RW 03/07 Kelurahan Jati, Kecamatan Padang Timur, Minggu (17/7) malam. Mereka tidak menuntut kucuran dana gempa atau hendak berdemo ke balai kota.
Beralaskan tikar seadanya yang disediakan dari rumah ke rumah, para bapak duduk rapi bersila memanjang di kiri kanan jalan. Yang lebih tua memakai peci beragam warna. Anak-anak usia sekolah hilir mudik di antara mereka, bermain kejar-kejaran, atau bercengkrama. Sementara ibu-ibu sibuk mengaduk mi, membuat bumbu, menyiapkan piring, sendok, dan perkakas lain.