Senin, 10 Oktober 2011

Cetak Jurnalis Andal

Oleh Heri Faisal

Sumatera Barat dikenal sebagai ladangnya penulis cum jurnalis. Dari dinasti Adityawarman, masa kolonial, hingga pascakemerdekaan selalu saja ada penulis ternama yang bermunculan. Sejarah juga mencatat di luar Jawa, surat kabar pertama terbit di Padang, Bintang Timor. Masyarakat Padang sudah membaca surat kabar berbahasa Melayu itu sejak 1864, jauh sebelum muncul koran-koran di daerah lain.

Tahun berganti tahun, jurnalis-jurnalis kenamaan lahir dari negeri Minangkabau. Dari Adinegoro, Rohana Kudus, Rosihan Anwar, Jusuf Ishak, hingga Karni Ilyas menjadi contoh di ranah nasional. Sayang generasi itu tak berlanjut sekarang. Sulit mencari jurnalis muda dengan bakat dan integritas mumpuni dari Sumbar.

“Dasar itu pula yang menggerakkan kami untuk mendirikan Asosiasi Pers Mahasiswa (Aspem) Sumbar,” kata Hendra kepada Padang Ekspres, Kamis (29/9). Menurutnya, pers kampus adalah sarana yang paling tepat untuk mendidik calon-calon jurnalis. Sayangnya karena tidak ada wadah, masing-masing pers kampus jalan sendiri-sendiri.

Padahal di Sumbar, ada banyak perguruan tinggi yang rata-rata sudah memiliki media kampus. Sayangnya, di antara satu dengan yang lain tidak ada komunikasi, sehingga pers kampus hanya besar di komunitasnya.

“Kita tidak ada kesatuan,” kata Hendra. Padahal menurutnya jika ada wadah yang menaungi, pers kampus bisa dikembangkan dengan lebih baik. Akan ada banyak jurnalis andal yang bisa dilahirkan dari wadah semacam itu.   

Makanya, sejak akhir tahun lalu mereka terus menggelar pertemuan untuk membentuk asosiasi tersebut. “Akhirnya, Maret kemarin dengan perwakilan sembilan lembaga pers mahasiswa, kami deklarasikan berdirinya Aspem,” sebutnya.

Salah satu deklarator, Hebby Rakhmatul Akbar dari lembaga pers Idealita STAIN Batusangkar menyebut Aspem akan menjadi wadah tunggal perkumpulan insan-insan pers kampus. “Akan ada banyak keuntungan di sini.

Sebagai ajang komunikasi dan tempat bertukar pikiran sesama pers kampus. Juga menjadi tempat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi pers mahasiswa.

Karena masing-masing persma itu punya banyak masalah, mulai intervensi, pendanaan, pengkaderan, dan macam-macam. Aspem ini wadah untuk mengadvokasinya,” kata Hebby.

Minimal keberadaan Aspem, kata Pemimpin Suara Kampus, Arya Guna bisa menjembatani kepentingan masing-masing pers kampus. Tetapi target jangka panjang tetap untuk melahirkan jurnalis dan penulis andal dari Sumbar.

Arya melihat rata-rata media lokal yang ada di Sumbar, tidak banyak diisi oleh mereka yang memang berlatar belakang jurnalistik, artinya yang sudah mendalami jurnalistik dari awal. Makanya, Aspem bertekad siap mengisi kebutuhan itu. “Aspem mesti melahirkan jurnalis-jurnalis andal, minimal untuk kebutuhan media lokal. Karena dari awal konsennya jurnalistik, saya kira mutu media di Sumbar akan jauh lebih baik,” katanya.

Saat ini, Aspem Sumbar sudah beranggotakan 10 lembaga pers mahasiswa. Yakni, Ganto Universitas Negeri Padang, Suara Kampus IAIN Imam Bonjol, Genta Andalas Unand, Wawasan Proklamator Universitas Bung Hatta, Gelegar Universitas Putra Indonesia, Gema Justisia Fakultas Hukum Unand, Idealita STAIN Batusangkar, Medika STIKIP PGRI, Al Itqan STAIN Bukittinggi, dan Galang STIE Darma Andalas.

“Target kami semua kampus di Sumbar tergabung di sini. Bahkan yang belum memiliki media kampus kami upayakan membantu untuk mendirikan,” kata Hendra.

Dalam waktu dekat ini, Aspem Sumbar tengah menggalang kerja sama dengan harian Padang Ekspres untuk menggelar focus group discussion (FGD) dan mengisi halaman kampus di harian tersebut. “Dari kerja sama dengan Padang Ekspres itu kami ingin menunjukkan kerja nyata Aspem untuk memberikan yang terbaik buat Sumbar. Tentu berkontribusi melalui tulisan dan ruang-ruang diskusi,” katanya.

Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu 1 Oktober 2011

Tidak ada komentar: