Oleh Heri Faisal
“Jika dibandingkan pengoperasian lain, seperti Windows maupun Macintosh, Linux sebenarnya lebih unggul. Linux, salah satu sistem operasi yang cocok bagi masyarakat, karena aman dan murah,” kata Budi Sunaryo, anggota Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) Padang, mengomentari Windows Oriented yang tertanam kuat di setiap pengguna jasa operasi komputer.
Budi mengatakan Linux bisa di-download secara gratis dan tidak perlu membayar lisensi. Sebab perekayasa Linux, Linus Torvalds memberikan produknya secara open source. Artinya terbuka untuk siapapun dan bisa dikembangkan lebih jauh.
Karena kelebihan itu lah Budi dan rekan-rekannya di KPLI Padang berusaha mengembangkan sebuah sistem pengoperasian komputer yang efisien. “Kami sudah buat sebuah sistem pengoperasian, namanya Migos untuk di Padang yang diturunkan dari pengoperasian BlankOn juga turunan dari Linux,” katanya.
Migos kata Arief Mardianto, anggota KPLI lainnya, ada banyak keunggulan Linux dibanding pengoperasian lain, seperti keterbukaan kode (open source). Berbeda dengan Windows atau Machintosh yang merahasiakan kodenya kepada konsumen. Sehingga konsumen bisa mengembangkan Linux sendiri sesuai kebutuhan.
“Untuk membuat turunan pengoperasian baru, kita hanya perlu mencantumkan hak cipta sebelumnya, tidak perlu beli lisensi,” katanya. Selain itu, Linux bebas dari virus. Apa pun jenis virus yang ditemukan di pengoperasian Windows tak punya pengaruh jika dimasukkkan ke Linux. Karena dari awal, Linux dibuat terbuka namun diberi pengaman ketat untuk user (pengguna).
“Usernya dilengkapi password, jadi tidak bisa mengutak atik punya orang lain,” kata Budi, ayah satu anak itu.
Linux terdiri dari satu paket yang memudahkan pengguna. Artinya sekali install sudah tercakup semua aplikasi yang dibutuhkan.
Berbeda halnya dengan Windows yang harus diinstal satu persatu. Hal sama juga ditemukan di Machintosh, namun paketnya yang langsung terintegrasi dengan hardware berharga sangat mahal, yang tetap tidak coaok untuk masyarakat luas.
Ketentuan Linux itu kata Budi berlaku secara internasional. Jadi pengguna aman dari pembajakan ketika harus melakukan pemeriksaan di bandara. Berbeda halnya dengan Windows yang banyak dipakai masyarakat, mayoritas bajakan. Karena memang sangat mahal untuk bayar lisensi. Budi mencontohkan, untuk Microsoft Office saja perlu bayar Rp1,2 juta untuk lisensi.
Hal itu juga diakui Arief. Keputusannya bergabung dengan KPLI sejak tiga tahun lalu itu juga dilandasi kekecewaannya pada sistem Windows. “Data mudah terserang virus. Sementara di Linux tidak perlu anti virus karena memang dibuat tanpa bisa dimasuki virus,” sebutnya.
Dia menyebut mereka terbuka menerima siapa pun untuk bergabung di komunitas pengguna Linux. “Kami targetkan untuk sosialisasikan itu ke masyarakat. Soal kesulitan dalam pengoperasian, saya kira tergantung kebiasaan saja,” kata Budi.
Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu, 22 Oktober 2011
Untuk pengoperasian komputer, masyarakat Indonesia khususnya di Padang hanya mengenal Windows. Padahal ada beberapa produk yang sebenarnya lebih unggul di banyak hal. Termasuk juga masalah legalitas. Salah satunya, Linux.
Anak-anak KPLI Padang mengenalkan Migos, sebuah sistem pengoperasian komputer berbasis Linux untuk masyarakat Sumatera Barat. Linux dinilai aman dan murah (f/sy ridwan)
“Jika dibandingkan pengoperasian lain, seperti Windows maupun Macintosh, Linux sebenarnya lebih unggul. Linux, salah satu sistem operasi yang cocok bagi masyarakat, karena aman dan murah,” kata Budi Sunaryo, anggota Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) Padang, mengomentari Windows Oriented yang tertanam kuat di setiap pengguna jasa operasi komputer.
Budi mengatakan Linux bisa di-download secara gratis dan tidak perlu membayar lisensi. Sebab perekayasa Linux, Linus Torvalds memberikan produknya secara open source. Artinya terbuka untuk siapapun dan bisa dikembangkan lebih jauh.
Karena kelebihan itu lah Budi dan rekan-rekannya di KPLI Padang berusaha mengembangkan sebuah sistem pengoperasian komputer yang efisien. “Kami sudah buat sebuah sistem pengoperasian, namanya Migos untuk di Padang yang diturunkan dari pengoperasian BlankOn juga turunan dari Linux,” katanya.
Migos kata Arief Mardianto, anggota KPLI lainnya, ada banyak keunggulan Linux dibanding pengoperasian lain, seperti keterbukaan kode (open source). Berbeda dengan Windows atau Machintosh yang merahasiakan kodenya kepada konsumen. Sehingga konsumen bisa mengembangkan Linux sendiri sesuai kebutuhan.
“Untuk membuat turunan pengoperasian baru, kita hanya perlu mencantumkan hak cipta sebelumnya, tidak perlu beli lisensi,” katanya. Selain itu, Linux bebas dari virus. Apa pun jenis virus yang ditemukan di pengoperasian Windows tak punya pengaruh jika dimasukkkan ke Linux. Karena dari awal, Linux dibuat terbuka namun diberi pengaman ketat untuk user (pengguna).
“Usernya dilengkapi password, jadi tidak bisa mengutak atik punya orang lain,” kata Budi, ayah satu anak itu.
Linux terdiri dari satu paket yang memudahkan pengguna. Artinya sekali install sudah tercakup semua aplikasi yang dibutuhkan.
Berbeda halnya dengan Windows yang harus diinstal satu persatu. Hal sama juga ditemukan di Machintosh, namun paketnya yang langsung terintegrasi dengan hardware berharga sangat mahal, yang tetap tidak coaok untuk masyarakat luas.
Ketentuan Linux itu kata Budi berlaku secara internasional. Jadi pengguna aman dari pembajakan ketika harus melakukan pemeriksaan di bandara. Berbeda halnya dengan Windows yang banyak dipakai masyarakat, mayoritas bajakan. Karena memang sangat mahal untuk bayar lisensi. Budi mencontohkan, untuk Microsoft Office saja perlu bayar Rp1,2 juta untuk lisensi.
Hal itu juga diakui Arief. Keputusannya bergabung dengan KPLI sejak tiga tahun lalu itu juga dilandasi kekecewaannya pada sistem Windows. “Data mudah terserang virus. Sementara di Linux tidak perlu anti virus karena memang dibuat tanpa bisa dimasuki virus,” sebutnya.
Dia menyebut mereka terbuka menerima siapa pun untuk bergabung di komunitas pengguna Linux. “Kami targetkan untuk sosialisasikan itu ke masyarakat. Soal kesulitan dalam pengoperasian, saya kira tergantung kebiasaan saja,” kata Budi.
Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu, 22 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar