Minggu, 18 Desember 2011

Jadikan Spirit Membangun Sumbar

Peringatan Dua Tahun Gempa

Oleh Heri Faisal & Yurisman Malalak

Dahsyatnya gempa 7,9 SR yang mengguncang Sumbar dua tahun silam seketika menyeruak. Rona kesedihan memancar pada saat detik-detik peringatan dua tahun gempa Sumbar di Padang dan Padangpariaman, dua daerah terparah diguncang gempa pada 30 September 2009.


Ketua Umum partai Demokrat Anas Urbaningrum didampingi Sekjen Edhi Baskoro dan Walikota Padang Fauzi Bahar mengunjungi monumen peringatan gempa di Jalan Gereja, Padang. (f/sy ridwan)

Suasana mengharu biru tatkala Qurata Ayuna, 15, dengan kursi roda menghadiri peringatan dua tahun gempa di Monumen Gempa, Jalan Gereja, Taman Melati, kemarin (30/9). Siswi SMPN 8 Padang itu melempar senyum ketika Wali Kota Padang Fauzi Bahar datang menghampirinya. Dia tampak ingin menunjukkan pada dunia bahwa orang Sumbar bermental baja meski babak belur dihoyak gempa dua tahun silam.

Ketegaran Qurata mengundang haru warga Padang yang menghadiri detik-detik peringatan gempa 30 September, pukul 17.16 WIB. Melihat ketegaran Qurata, membuat warga Padang yang hadir dalam peringatan itu, tak kuasa menahan linangan air mata.

Qurata adalah salah satu siswa yang tertimbun di reruntuhan gedung lembaga bimbingan belajar Gama, Jalan Proklamasi, Padang. Gadis belia ini selamat, tapi kakinya terpaksa diamputasi sehingga harus memakai kursi roda.

Di Padangpariaman, kesedihan pecah ketika zikir bersama dihadiri ratusan warga bertempat di lokasi penampungan korban gempa Lubuak Laweh, satu dari tiga korong (dusun) yang tertimbun longsor usai gempa 30 September.

Jangan Terus Larut
 
Gempa besar itu telah merenggut ribuan nyawa dan memporakporandakan ratusan ribu tempat tinggal. Tapi, bukan berarti masyarakat terus menerus larut dalam kesedihan. Masyarakat harus bergerak menatap masa depan lebih baik dengan penuh semangat, dan optimistis serta memacu pertumbuhan ekonomi.

Seruan itu disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang hadir dalam peringatan dua tahun gempa di Taman Melati. Mengenang peristiwa gempa dua tahun silam bukan berarti melestarikan rasa duka, bukan merawat kesedihan dan bukan pula belajar menjadi manusia cengeng.

”Tapi mari kita petik dan ambil hikmahnya, agar kita dapat belajar dari peristiwa tersebut dan dapat menjalankan kehidupan dengan rasa optimis,” ujar Anas Urbaningrum didampingi putra Presiden SBY yang juga Sekjen Demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono tersebut. Anas menyebutkan, proses recovery (pemulihan) Padang harus terus dilanjutkan.

Anas memuji pembangunan Padang dalam kunjungannya selama dua hari di ibu kota Sumbar ini. Pembangunan tampak menggeliat. ”Dua tahun silam rumah peduduk banyak yang runtuh, ruko-ruko, supermarket dan perkantoran. Sekarang semua sudah berubah dengan bangunan baru,” puji  mantan Ketua Umum PB HMI, itu memberi semangat.

Tetap Waspada
 
Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim yang juga menghadiri peringatan dua tahun gempa di Padang menyebutkan, kerugian Sumbar mencapai Rp6,3 triliun akibat gempa dua tahun lalu. Meski begitu, mantan Bupati Padangpariaman tersebut mengapresiasi upaya berbagai pihak yang sudah kembali menghidupkan perekonomian Sumbar.  

”Sekarang ini kita tergolong berhasil menangani bencana. Jadi yang perlu kita lakukan adalah tetap waspada, bersahabat dengan gempa. Mari kita tuntaskan bengkalai yang tersisa hingga 2013,” ujarnya yang ikut meletakkan karangan bunga di Monumen Gempa.

Bersahabat itu, berarti waspada menyiapkan diri menghadapi bencana. Seperti mendirikan bangunan dengan standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Pemerintah sendiri, kata dia, telah membangun shelter-shelter yang ditempatkan di sejumlah titik yang jumlah penduduknya padat. Seperti untuk Pasar Raya, Wali Kota Padang Fauzi Bahar merencanakan pasar dibangun langsung dengan menyediakan shelter.  ”Jadi radius satu kilometer dari pusat kota, berlindungnya di shelter-shelter yang dibangun di Pasar Raya,” timpal Fauzi.

Sebagai penangkal bala, Fauzi mengajak warga kota bersama-sama memberantas perilaku maksiat. Sebab, katanya, bencana datang tidak lepas dari perilaku masyakarat yang melalaikan agama dan budaya. ”Musibah gempa lalu, yang merenggut saudara-saudara kita adalah peringatan kecil dari Allah agar kita selalu ingat kepada-Nya,” kata Fauzi.

Tunggu Kepastian
 
Sedangkan di Padangpariaman, pemerintah setempat masih menggantungkan nasib sekitar 300 masyarakat yang rumahnya tertimbun longsor di tiga korong kepada Pemprov Sumbar. Sebagaimana diketahui, beberapa jam setelah gempa 7,9 SR, tiga korong di Padangpariaman, yakni Lubuk Laweh, Pulau Kotaair, dan Cumanak longsor dan menimbun ratusan warga. Hingga kini 192 orang masih hilang.

Wakil Bupati Padangpariaman Damsuar menyebutkan, pihaknya masih menunggu kepastian relokasi korban longsor di tiga korong itu dari pemprov, termasuk soal waktu dan lokasinya. ”Saat ini, kita masih menunggu kepastian rencana relokasi tersebut,” ungkap Damsuar di sela sela zikir akbar memperingati dua tahun gempa di Korong Jajaran Lubuak Laweh Tandikek Utara, kemarin.

”Warga yang tinggal di zona merah tidak dibolehkan lagi menempati atau mendirikan bangunan tempat tinggal di sekitar kawasan itu. Ketentuan itu bakal diatur pula dalam bentuk peraturan daerah (perda),” terangnya.

Sekalipun sebagian besar pemukiman penduduk yang rusak akibat musibah gempa lalu berhasil dibangun kembali, tapi tetap saja proses recovery psikologi masyarakat perlu terus mendapat perhatian hingga tidak lagi larut dalam musibah yang terjadi.

“Maka itulah kegiatan zikir bersama ini kita gelar di sekitar lokasi longsor akibat gempa lalu, mudah-mudahan bisa semakin memperteguh keimanan masyarakat, terutama dalam menyikapi musibah yang terjadi,” katanya.

Diterbitkan di Padang Ekspres Sabtu, 1 Oktober 2011

Tidak ada komentar: