Sabtu, 17 Desember 2011

Tabungan Habis, Melaut tak Bisa

Oleh Heri Faisal & Haris Prima



Ibarat jatuh, tertimpa tangga pula. Begitulah kini nasib sebagian besar warga Pasiagurun, kelurahan Pasia Nantigo, Kototangah, Padang. Sejak abrasi menerjang Agustus lalu, nasib mereka kian tak tentu arah.  

 Belasan rumah di Pasia Nan Tigo rusak parah terkena abrasi. (f/sy ridwan)

Belasan rumah di sepanjang pantai barat Sumatera, kawasan Pasiagurun, Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kototangah, Padang kini berubah bentuk. Jika dulu tampak asri, dikelilingi pohon kelapa, dan sesekali deburan lembut ombak menuju pantai jadi sajian hangat.

Kini, pemandangan itu tak ada lagi. Rumah-rumah penduduk itu tak lagi utuh. Beberapa rumah tampak kehilangan dapurnya yang menghadap ke laut. Runtuh akibat abrasi yang mengikis fondasinya. Beberapa rumah lagi bahkan tak bisa ditempati sama sekali. Retak dan rusak di mana-mana.

Peristiwa itu memang sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Namun, kekhawatiran warga di sepanjang kawasan pantai tersebut masih tampak jelas.

Beberapa hari terakhir ketika curah hujan tinggi di Sumbar, dan ombak menggulung hingga setinggi 2,5 meter, warga kian cemas. “Untung abrasi tidak terjadi lagi, tapi kami tetap saja cemas. Karena musibah itu tidak bisa diprediksi,” kata Yurmaini, 54, korban abrasi di Pasiagurun.

Warga masih tidur di tenda-tenda. “Beginilah nasib kami, sejak Idul Fitri, tidur di tenda. Mau menginap di rumah, takut abrasi datang lagi dan meruntuhkan seluruh rumah kami,” katanya.

Dia mengaku tak tahu harus pindah ke mana. Untuk memperbaiki rumah, dia tidak punya uang lagi. Tabungannya habis untuk mengisi karung pasir untuk menahan abrasi. “Kalau sekarang buat makan saja kami sudah kewalahan, apalagi untuk memperbaiki rumah,” katanya. Kini, masyarakat nelayan itu praktis kehilangan mata pencarian. Ombak besar yang menghantam kawasan tersebut juga merusak perahu-perahu nelayan.

Yurmaini menyebut suaminya sempat beberapa waktu tidak melaut karena ombak besar dan perahu rusak dihantam ombak. Apesnya lagi, ketika hendak melaut, tangkapan ikan sekarang jauh berkurang. “Harganya pun murah,” katanya.

Belum lagi jumlah ikan yang mulai berkurang di kawasan itu. Untuk mendapatkan tangkapan, banyak nelayan  melaut ke kawasan Bungus. Namun, tetap saja hasil tangkapan belum mampu menutupi kebutuhan sehari-hari.

“Anak saya sembilan orang. Mereka masih sekolah, saya tidak tahulah harus cari tambahan uang dari mana,” kata Yurmaini. Dia menyebut rata-rata warga sekitar bekerja sebagai nelayan.

Sampai kemarin (10/11), korban abrasi Pasia Nantigo belum menerima bantuan apa-apa dari pemerintah. “Dulu pernah ada bantuan beras dan sarden. Itu saja. Sekarang tidak ada lagi,” kata Nuraini, warga lainnya.

Dia menyebut sudah banyak pejabat datang berkunjung melihat keadaan mereka. “Tapi, ya sebatas melihat saja. Tidak ada bantuan yang diberikan. Kami tentu sangat mengharapkan bantuan,” ujar ibu tujuh anak itu.

Dia berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka yang menjadi korban abrasi. Terutama untuk pemasangan batu krib di sepanjang pantai tersebut. Mereka meminta pemerintah segera menyelesaikan pemasangan batu sampai ke muara sungai.

“Kami takut kalau tidak cepat dipasangi batu-batu itu, abrasi akan datang lagi,” kata Yurmaini.
Apalagi biasanya, gelombang tinggi terjadi di bulan Safar, atau sekitar satu bulan lagi. Masyarakat semakin waswas tak sanggup tidur nyenyak.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumbar, Ali Musri menyebut sudah berupaya meringankan beban warga di kawasan tersebut dengan memasang batu krib seperti yang diinginkan warga.

“Sudah dipasang di sana, tapi belum seluruhnya. Karena ada perselisihan warga sekitar, maka terjadi penundaan,” katanya kemarin. Perselisihan itu disebabkan adanya warga yang tidak mengizinkan tanahnya digunakan untuk pemasangan batu tersebut.

Akibatnya, pengerjaan untuk tahun ini menjadi tertunda, dan anggaran pun dikembalikan ke pusat. “Saya targetkan ini dianggarkan untuk tahun 2012, kita pasang batu itu sampai ke muara sungai,” kata Ali.

Dia meminta pemerintah kota segera menyelesaikan persoalan lahan dengan warga agar pemasangan batu itu bisa dilanjutkan.

Diterbitkan di Padang Ekspres Jumat, 11 November 2011

Tidak ada komentar: