Minggu, 14 Agustus 2011

Patuhi Aturan Bukan Karena Polisi

Oleh Heri Faisal


Dua gadis dan jaka itu selalu tersenyum meski panas menyengat kulit putihnya. Dengan sabar, empat duta lalu lintas Sumbar ini membagikan bunga dan stiker tentang safety riding kepada pengendara beberapa waktu lalu.
Memberikan bunga memang bagian dari tugasnya sebagai duta lalu lintas. Tingginya kecelakaan, menurut Imelda Hardi, bukan untuk dihujat, tetapi mesti diselesaikan dengan perlahan. Bunga, menurutnya, simbol untuk menarik orang untuk mulai memperhatikan lalu lintas. 

Duta Lalu Lintas Sumbar, Imelda Hardi, menyapa dan memberikan bunga kepada pengendara di Jl Bagindo Aziz Chan, Padang (f/padek)

Ditanya apakah pernah melanggar rambu-rambu lalu lintas? Imelda tersipu. “Setiap kita, barangkali pernah melanggar aturan itu,” ujarnya berdiplomasi.

Duta Lalu Lintas Polresta Padang 2010 dan Duta Lalu Lintas Polda Sumatera Barat 2010 mengaku sebelum menjadi duta, pernah melanggar rambu-rambu lalu lintas. ”Waktu itu aku pernah menerobos lampu merah, tapi sekali itu aja,” katanya dengan muka merah mengenang kesalahannya.

Menurutnya, pelanggaran itu dilakukan tak lebih karena kurang pengetahuan dan pemahaman bagaimana berlalu lintas di jalan raya.
Sebelum menjadi duta lalu lintas,  Imelda memakai helm karena takut terkena razia.

Ia menyadari itu salah besar. Seharusnya, menggunakan safety ride bukan karena takut kepada polisi, tetapi karena kesadaran terhadap keselamatan diri.

Senada dengan itu, Dhita Dwi Handayani, Duta Favorit Lalu Lintas Polresta Padang 2010 mengingatkan, mematuhi safety ride sebaiknya dijadikan kebutuhan. “Cuma, kebanyakan dari kita baru memakai helm ketika melewati jalan utama yang dijaga polisi saja,” ujar dara lulusan SMA Don Bosco ini. Padahal kecelakaan bisa terjadi di jalan mana saja.

Menurut Imelda, mayoritas kecelakaan di jalan raya oleh anak-anak remaja akibat pelanggaran lalu lintas. Karena itu, saatnya remaja menyadari hal itu. Dhita juga mengakui rata-rata temannya suka melanggar aturan. “Apalagi soal penggunaan helm. Ada yang nggak pake helm dengan alasan mengganggu penampilan, dan nggak gaul,” katanya.

Padahal, kata Imelda, saat ini sudah tersedia helm berbagai bentuk dan warna yang didesain untuk kalangan remaja agar tetap gaul. “Nggak zamannya lagi gaul tanpa menghiraukan keselamatan,” sindirnya.

Untuk itu, sebagai duta lalu lintas, Imelda dan Dhita bertekad mengampanyekan UU No 22/2009 tentang Peraturan Lalu Lintas kepada kalangan remaja. “Sosialisasi ke remaja lebih muda melalui duta. Untuk remaja, perlu disikapi dengan cara remaja,” kata Imelda.

Imelda saat ini kuliah di Fakultas Hukumn Unand. “Kan lalu lintas itu berkaitan dengan hukum-hukum, bagiku itu menarik,” imbuhnya. Imela terpilih mewakili Sumbar dalam pemilihan Duta Lalu Lintas Polri 2011. “Untuk nasional belum berhasil,” imbuhnya.

Sementara Dhita, yang baru mendaftar di jurusan Kedokteran Gigi, Unand, juga tak menyangka terpilih menjadi duta. “Setidaknya, dengan adanya pemilihan duta lalu lintas, remaja banyak yang tertarik memahami peraturan lalu lintas,” terangnya. 

Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu, 4 Juni 2011

Tidak ada komentar: