Sabtu, 17 Desember 2011

Menyingkap Gaya Pacaran Muda- Mudi

Warga Permisif, Kos Ajang Mesum

Oleh Heri Faisal

Pergaulan pelajar dan mahasiswa di Padang kian mengkhawatirkan. Tempat kos-kosan, menjadi lokasi favorit bagi muda-mudi memadu kasih. Seperti apa kehidupan rumah kos-kosan di Padang?
Rumah kos jadi tempat mesum paling aman. (karikatur/ Cornelis)

Aura hedonis seketika menyergap pandangan begitu berada di kawasan permukiman pelajar dan mahasiswa. Pasangan muda-mudi dengan tampilan gaul, menghiasi setiap sudut perkampungan.

 Di teras-teras rumah kos, ramai oleh muda-mudi berpacaran. Pemandangan itu mencolok di kawasan Airtawar, Ulakkarang, Jati, Lubuklintah, maupun Pasarbaru.

Satu dua, ada kos-kosan yang ketat menerapkan aturan. Jam berkunjung dibatasi, hanya sampai pukul 21.00. Bahkan, tamu berlainan jenis hanya diizinkan sampai teras rumah.

Hanya saja, sebanyak yang ketat menegakkan norma-norma adat dan agama, lebih banyak lagi yang kos-kosan ala koboy. Suka-suka penghuni rumah. Pemilik rumah masa bodoh, pura-pura tidak tahu,  atau tak tahu sama sekali.

Dari penelusuran Padang Ekspres di sejumlah perkampungan mahasiswa, ada beberapa rumah kos yang penghuninya campur wanita dan pria. Di kawasan Bandarpurus, misalnya. Pria dan wanita berbaur dalam rumah. Di rumah itu tanpa pengawasan pemilik rumah. Nah, silakan tebak sendiri, apa yang terjadi dalam rumah kos tersebut.  

Seperti pengakuan AR, 22, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Padang, mengaku sering membawa pacarnya ke tempat kos. “Biasanya siang, atau sore,” katanya kepada Padang Ekspres beberapa waktu lalu.  

AR tampak malu-malu menceritakan kegiatannya di rumah dengan sang pacar. “Ya, biasa anak muda,” katanya, tersipu malu.

AR menyebut “kegiatan” itu sebagai bumbu-bumbu pacaran. Terkadang seperti minum obat, jika tidak “berkegiatan”, muda-mudi itu mengaku bisa sakit kepala.
Selain di di tempat-tempat sepi seperti Lubuk Minturun atau ke Bukik Lampu, pilihan favorit AR bercumbu di tempat kos. “Biasanya pagi, jam-jam kuliah, kosan kan sepi,” ungkap AR, bangga.

Seperti ingin membela diri. AR berkilah hal itu lumrah di kalangan mahasiswa. “Hampir semuanya gitu, bawa pacar ke kos,” katanya, sambil mencontohkan teman-teman kosnya yang lain.

Apalagi tempat kos yang terpisah dari pemilik rumah alias tidak punya ibu/bapak kos. Dari penelusuran Padang Ekspres, kos ala koboy itu umumnya tempat kos pria.

Sudahlah begitu, kondisi itu didukung lingkungan permukiman yang cuek dan permisif. Para tetangga masa bodoh dengan lingkungan sekitar. Tidak kenal satu sama lain.    

Di tengah cueknya warga dengan kondisi sekitar, masih ada yang tetap memegang teguh norma-norma adat dan agama. Para pemudanya aktif mengawasi tindak-tanduk tempat kos-kosan.  
 
Desri, 38, pemuda Airtawar, mengatakan, dia dan teman-temannya mengawasi rumah kos di sekitar tempat tinggalnya. “Kami selalu pantau. Dulu pernah kedapatan seorang mahasiswi membawa pacarnya ke dalam rumah. Kami sudah lama awasi, ya kami tangkap,” katanya.

Mahasiswa itu lalu diserahkan ke aparat untuk sanksi. “Kalau sanksi ya dari aparat, kalau dari warga biasanya sanksi sosial. Mana mau kita daerah sendiri dikotori tindakan mesum seperti itu,” katanya.

Menurut Desri, mereka yang tertangkap akan malu sendiri, dan pergi dari kawasan itu.
Data Pol PP Padang, kasus mesum yang melibatkan pelajar dan mahasiswa tahun ini mencapai 74 kasus. Sebanyak 62 kasus melibatkan pelajar, dan 12 kasus adalah mahasiswa.

Di luar itu, kata Kepala Kantor Pol PP Padang, Yadrison, ada banyak kasus mesum yang tidak sampai ke Pol PP, terutama yang melibatkan mahasiswa. “Ini biasanya terjadi di lingkungan kampus dan masyarkat sekitar. Sehingga rata-rata kasus langsung ditangani oleh masyarakat setempat,” jelasnya.

Terkait pengawasan rumah kos, Pembantu Rektor III, IAIN Imam Bonjol, Asasriwarni mengatakan, kampus tidak berhak mengatur tempat tinggal mahasiswanya. “Kampus menyediakan pelayanan pendidikan. Tetapi untuk menghasilkan pendidikan yang baik, perlu juga lingkungan yang baik,” katanya kemarin (2/12).

Untuk itu, katanya, perlu kerja sama kampus dan masyarakat mengawasi pemondokan mahasiswa. “Sekarang ini pengawasan memang agak kurang. Dulu saya pernah membentuk komisi moral untuk mengatasi perilaku dan pergaulan mahasiswa. Saya akan aktifkan lagi,” katanya.

Asasriwarni mengusulkan komisi moral tersebut beranggotakan dosen dan masyarakat sekitar. “Termasuk urusan rumah kos, diawasi oleh komisi ini,” katanya.

Dia menyebut dengan cara seperti itu, mengaktifkan peran masyarakat diharapkan mampu mengurangi kasus mesum di kalangan mahasiswa.

Diterbitkan di Padang Ekspres Sabtu, 3 Desember 2011

Tidak ada komentar: