Jumat, 04 Juni 2010

Teka teki Pendamping Messi di Argentina


Oleh Heri Faisal

             Di Barcelona, Lionel Andres Messi sudah pasti didampingi Zlatan Ibrahimovic, Thierry Henry, atau Andres Iniesta untuk menggedor pertahanan lawan. Buktinya sudah 41 gol dilesatkan Messi bersama Barcelona di semua kompetisi musim ini. Hasilnya Barcelona melenggang manis menuju semifinal Liga Champions setelah mengandaskan Arsenal dengan agregat 6-2, 4 gol Barca disumbangkan Messi. Hal serupa juga terjadi di La Liga Spanyol. Messi mempermalukan Real Madrid di depan pendukung mereka sendiri di Santiago Bernabeu. Kemenangan 2-0, dan satu gol dari kakinya cukup untuk membuat Madrid malu menggelontorkan banyak uang demi Ronaldo, Kaka, dan Benzema, sekaligus mengambil alih posisi di klasemen.

 Melihat penampilan apiknya bersama Barcelona, satu tempat dibarisan depan Argentina mutlak menjadi milik Messi (repro)

               Lain cerita di tim nasional (timnas) Argentina. Messi seakan kehilangan magicnya. Itu juga yang membuat Maradona pusing menentukan siapa “Ibrahimovic” atau “Iniesta” bagi Messi di tim Tango. Padahal, sang Allenatore punya setidaknya 10 nama yang pantas masuk sebagai kandidat.

 Diego Maradona masih terus memantau striker-strikernya untuk diduetkan dengan Lionel Messi (repro)

                Hingga tak lebih dua bulan menjelang pesta akbar sepakbola dunia ini, Maradona baru memastikan tiga nama dari 23 pemain yang akan di bawa ke Afrika Selatan. Mereka adalah Lionel Messi, Javier Mascherano, dan Juan Sebastian Veron. Padahal Maradona masih harus intens memadukan pemain-pemain tersebut menjelang berlaga di pentas Piala Dunia awal Juni nanti. Bisa dikatakan waktu dua bulan sangat lah singkat untuk menyusun skuad dengan materi lengkap seperti Argentina yang pemainnya tersebar di berbagai liga dengan gaya permainan yang tentu berbeda pula.
              Sebenarnya ada baiknya juga Maradona tidak terburu-berburu menyusun skuadnya, terutama di barisan depan. Karena dengan begitu masing-masing pemain termotivasi untuk tampil bagus menarik simpati sang pelatih.
              Teka-teki pendamping Messi pun menjadi semakin sulit untuk ditebak. Tetapi tidak buat Maradona, baginya ini mudah. Ia justru bisa tertawa renyah melihat penyerang-penyerangnya justru unjuk aksi di setiap laga. Kondisi semacam itu tentu akan sangat menyehatkan persaingan di lini depan Argentina. Posisi aman sudah dikantongi Messi, permainan apiknya di Barcelona mampu menyihir Maradona untuk terus mengandalkannya.
             Kini setidaknya lima nama berada di pos terdepan kandidat terkuat menjadi pendamping Messi di barisan depan tim biru langit. Gonzalo Higuain, kompetitor Messi di La Liga yang bermain untuk Real Madrid kian menunjukkan kebolehannya. Sampai pekan 31 liga Spanyol, Higuain sudah melesatkan 24 gol. Hanya terpaut tiga gol dari Lionel Messi yang memimpin daftar El Pichichi. Kombinasi keduanya jika dikalkulasikan mampu menghasilkan 51 gol. Angka yang fantastis seandainya bisa terwujud di timnas Argentina.
 Menjadi yang tertajam di Madrid, Gonzalo Higuain mampu menarik perhatian Maradona (repro)

              Di pos lainnya, Carlos Teves tetap ngotot mengincar posisi utama di skuad Argentina. Sampai saat ini ia sudah menyumbang 22 gol untuk Manchester City di liga Inggris. Kapasitas Teves untuk bersanding dengan Messi di lini depan timnas Argentina tidak perlu diragukan lagi. Sejak di Boca Junior Teves sudah unjuk kebolehan dengan mempersembahkan tropi Libertadores dan Piala Dunia antar klub. Itu pun berlanjut hingga sukses mengantar Manchester United menjuarai Liga Champions 2008. Kesuksesan yang sama siap ia tularkan di tim nasional Argentina.
             Nama ketiga yang mencuat adalah stiker jangkung Inter Milan, Diego Milito. Selama tiga tahun terakhir Milito selalu menjadi top score di klubnya Real Zaragoza, Genoa, dan sekarang Inter Milan. Tipe permainan Milito yang berbeda dengan Higuain, Teves, dan penyerang Albiceleste lainnya menjadi modal berharga untuk dipilih Maradona. Ditambah postur tubuh Milito yang jangkung tentu akan memperkaya pilihan lini depan Argentina.
             Selanjutnya ada Sergio Aguero. Meski tahun ini menantu Diego Armando Maradona itu tak sebanyak tahun sebelumnya dalam urusan mencetak gol, namun keberadaannya sangat vital bagi timnya Atletico Madrid. Aguero sudah terbukti tajam untuk urusan mencetak gol, dan lihai memberikan umpan untuk pasangannya. Selain itu kecepatan dan dribel yahudnya adalah alasan tersendiri mengapa Aguero pantas berduet dengan Messi.
              Nama-nama lain yang menjadi perhatian menjelang diumumkannya skuad Argentina adalah Martin Palermo. Penyerang gaek Boca Junior ini memang tidak lagi cepat dan tangguh seperti dulu. Tetapi kematangannya di depan mistar lawan, dan kemampuan membangkitkan mental tim menjadi kunci mengapa Palermo layak diperhitungkan. Ia juga yang jadi penentu kepastian Argentina tampil di Piala Dunia setelah di partai terakhir sukses mengandaskas Uruguay.
             Di garda terakhir nama-nama semacam Ezequiel Lavezi yang jadi andalan di klub Napoli, Rodrigo Palacio dan Hernan Crespo yang bermain untuk Genoa masih layak menjadi punggawa tim Tango. Teristimewa bagi Crespo, pengalaman besarnya di timnas masih akan dibutuhkan Maradona untuk memotivasi pemain-pemain muda. Selain itu masih ada Mauro Rosales di Ajax Amsterdam, Julio Cruz dan Mario Zarate di Lazio yang meramaikan bursa penyerang Argentina untuk tampil di Piala Dunia.
 Carlos Tevez merasa pantas mengisi satu tempat di lini depan Argentina (repro)

             Siapa yang akan dipilih, masih dalam penyeleksian sang legenda. Tetapi yang jelas tahun ini Argentina kebanjiran stiker top yang semuanya pantas tampil di Afrika Selatan. Menjadi pekerjaan rumah yang cukup rumit bagi Maradona menentukan lima atau enam berlian dalam tumpukan emas. Salah memilih alamat sinarnya akan redup dan timnas yang jadi korban.
            Kecemerlangan di klub saja tidak cukup untuk tampil heroik di turnamen yang sebenarnya nanti. Maradona, pemilik kuasa penuh di tim Tango harus jeli melihat pemain yang sesuai kebutuhan tim. Ia tentu bisa belajar dari pengalaman Carlos Dunga di Piala Dunia 2006 lalu, yang pusing menentukan penyerangnya akibat kebanyakan stok. Atau Perancis di Piala Dunia 2002 yang lini depannya dipenuhi pemain bintang dengan sinar terang di liga. Baik Perancis maupun Dunga di timnas Brasil gagal mentransformasi kehebatan penyerang mereka di liga untuk tampil solid bersama timnas. Maradona pasti tak ingin kejadian yang sama terulang di tim asuhannya.

Diterbitkan di Harian Singgalang, 2 Mei 2010

Tidak ada komentar: