Jumat, 04 Juni 2010

Bangun Daerah dengan Potensi Overseas

Oleh Heri Faisal

             Sumatera Barat memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah untuk dimanfaatkan. Mulai dari sumber mineral bawah tanah yang sangat kaya, hingga hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Kesemuanya itu adalah berkah alam tersendiri bagi Sumbar.
             Tetapi apakah berkah ini bisa dimanfaatkan dengan baik terutama untuk kemaslahatan umat jika SDMnya tak memadai ? Rasanya tidak. Di sanalah letak keunggulan Sumbar dibandingkan dengan daerah lain. Bahkan kalaupun SDA Sumbar masih kalah dengan daerah lainnya, Sumbar masih memiliki SDM melimpah yang sepatutnya menjadi kekayaan tersendiri jika dikelola dengan baik.

 Pengusaha-pengusaha Minang bersilaturahmi dengan wapres Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden (repro)

             Sejarah mencatat, Sumbar atau ranah minang ini melahirkan cendikiawan-cendikiawan terkemuka yang menjadi motor pembentukan negara Republik Indonesia. Siapa yang tak kenal Hatta, Syahril, Tan Malaka, Natsir, Yamin dan founding father lainnya. Semuanya berasal dari minang. Bahkan kalau tidak dikatakan sombong, saya berani menyebut lebih dari setengah ideologi dan pemikiran bangsa ini adalah berasal dari buah pikiran putra-putra minang. Artinya SDM minang sudah terbukti teruji dari dulu.
             Kebiasaan merantau, untuk memperbaiki kehidupan dan mencari ilmu benar-benar mendarah daging dalam tradisi masyarakat minang. Sesuai dengan hadits nabi “tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”, menjadi kebiasaan yang terus tumbuh dan kebanggaan yang terus diturunkan secara turun temurun. Nah, jangan heran jika kemana pun kita pergi, Jakarta, Bandung, Kuala Lumpur atau pun Singapura akan banyak sekali masyarakat minang yang kita jumpai.
             Kondisi semacam itu menurut Irman Gusman adalah kekayaan Sumbar yang harus terus dilestarikan dan diberdayakan secara efektif. Sumbar memilik potensi overseas (perantau) yang potensial untuk membangun daerahnya kedepan. Jika potensi ini bisa dikelola dengan baik, bukan mustahil Sumbar bisa semaju Cina, India, Taiwan, dan Israel.
            Potensi overseas ini bisa dimaksimalkan dengan memanfaatkan keberadaan brain drain yaitu perantau-perantau minang yang tersebar di seluruh dunia menjadi brain gain yaitu pemanfaatan ilmu, tenaga dan kemampuan mereka untuk membangun daerah asalnya. Keberagaman ilmu yang mereka miliki inilah yang jadi potensi utama untuk memajukan Sumbar kedepan. Tugas pemerintah daerah adalah mengumpulkan database para perantau ini. Dari sana kita bisa tahu dimana mereka berada hingga kualifikasi apa yang mereka miliki. Lalu memberikan tempat yang sesuai dengan tenaga (saya artikan lebih kepada materi) dan kemampuan (skill tertentu di suatu bidang) yang mereka miliki untuk membangun Sumbar.
            Saat ini kita sudah punya Forum Silaturahmi Saudagar Minang (FSSM). Mereka dengan aktifnya bergiat mengumpulkan saudagar-sudagar minang di berbagai daerah untuk ikut berpartisipasi membangun ranah. Tetapi wadah ini adalah forum swasta yang tidak bisa dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah. Maka idealnya pemerintah daerah membentuk jaringan perantau atau wadah untuk interaksi dan komunikasi perantau yang dimonitoring dan dijalankan secara kontinu. Dari sana, pemerintah daerah bisa mengambil dan memanfaatkan potensi brain gain tadi untuk pembangunan daerah.
             Apalagi saat ini, indeks pertumbuhan ekonomi Sumbar di tahun 2010 menurut Direktur Utama Bank Indonesia Sumbar , Romeo Rissal hanya berkisar sekitar 3 %. Angka pertumbuhan yang berada jauh di bawah Riau dan Jambi ini kemungkinan berdampak buruk bagi perekonomian Sumbar jika tidak disiasati dengan cermat. Pemerintah daerah tidak boleh diam dengan kondisi semacam itu. Ditambah lagi bencana alam tahun lalu, masih menyisakan luka dan kelumpuhan besar di berbagai sektor kehidupan.
            Momen Pilkada Sumbar tahun ini adalah waktu yang tepat untuk merangkul perantau-perantau minang. Saya yakin, para perantau itu sangat ingin berkontribusi menyumbangkan tenaga dan pikiran mereka untuk membangun tanah kelahirannya. India, Cina, dan beberapa negara lainnya telah menerapkan pola yang demekian untuk membangun negerinya. Apa salahnya kita terapkan di Sumbar, toh kita punya potensi untuk itu.

Tidak ada komentar: