Rabu, 26 September 2012

Jaga Kesehatan, Selamatkan Bumi

Komunitas Vegetarian di Padang

Oleh Heri Faisal

Gaya hidup vegetarian lagi tren di Padang. Pola makan berpantang makan daging atau mengonsumsi apa pun yang berasal dari hewan itu, menjadi pilihan cara hidup sehat, murah dan mencintai lingkungan sebagian orang.

Untuk kesehatan dan menjaga keseimbangan bumi, Niadi Kurniawan dan Hanura Rusli memilih menjadi vegetarian (f/ sy ridwan)

Dengan alasan menjaga kesehatan dan faktor spiritual, Niadi Kurniawan, 33, memilih menjadi vegetarian sejak 15 tahun lalu. Dia hanya mengonsumsi makanan dari tumbuhan, biji-bijian, dan buah-buahan. Bahkan secara telaten, dia mengolah sendiri makanannya dari bahan-bahan tersebut.

“Sejak awal memang sudah niat mau jadi vegetarian,” kata Niadi, yang juga Ketua Indonesian Vegetarian Society (IVS) Padang itu kepada Padang Ekspres kemarin (3/2).


Niadi sudah lama berniat untuk vegetarian karena merasa enek dengan daging. Niat itu pun kesampaian pada 1997, awal dia memulai kehidupan barunya tanpa daging.

Awalnya, Niadi mengaku cepat lapar dengan hanya mengkonsumsi nasi dan sayuran. Untuk mengecoh perutnya, Niadi mengonsumsi buah-buahan. Lama-lama, pola makan itu menjadi rutinitas yang tidak bisa dipisahkan dari hidupnya.

Kaum vegetarian didorong keinginan kuat untuk hidup sehat dengan menghindari konsumsi hewani. Konsumsi hewani cenderung menimbulkan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, hipertensi, dan obesitas.

Istilah vegetarian tercetus pada tahun 1847. Berasal dari bahasa Latin, vegetus, yang artinya keseluruhan, sehat, segar, hidup. Kata vegetarian pertama kali digunakan secara formal pada 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton  di Northwood Villa, Kent, Inggris.

Nama itu kemudian terus populer di seluruh dunia dengan bermunculannya organisasi nirlaba vegetarian dengan anggota yang bertambah terus menerus. Di Indonesia IVS muncul secara resmi pada 8 Agustus 1998, dan bergabung dengan International Vegetarian Union (IVU) setahun kemudian.

“Di Padang anggotanya sekitar 500 orang,” kata Niadi. Dia menyebut ada tiga jenis vegetarian. Pertama, Lacto-Ovo vegetarian, yakni mereka memakan sayuran, biji-bijian, dan buahan, termasuk susu dan telur. Kemudian Lacto vegetarian, yakni mereka yang mengonsumsi sayuran, biji, buahan dan susu saja. Terakhir, vegan yaitu mereka yang hanya mengkonsumsi sayuran, biji-bijian, dan buah-buahan.

Niadi menyebut untuk makanan vegetarian sudah tersedia di mini market dalam berbagai bentuk. Mulai dari nugget, hingga bentuk-bentuk lain yang semuanya berasal dari sayur. Untuk konsumsi pribadi, dia lebih suka mengolah sendiri makanannya.

“Karena kita lebih tahu nilai gizi, serta kebutuhan protein, karbohidrat, dan yang lain,” tambah Hanura Rusli, 50, anggota komunitas lainnya.

Upaya mencegah berbagai penyakit itu pula yang membuat Hanura memilih menjadi vegetarian. Meski tidak vegetarian murni, dia yakin dengan pola hidup demikian mampu menghindarinya dari berbagai penyakit.

“Vegetarian itu, tanggung jawab seseorang untuk menjaga diri. Termasuk tanggung jawab keseimbangan, terhadap hewan dan juga tumbuhan,” jelasnya.

Vegetarian atau makanan nabati juga sesuai dengan imbauan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) agar manusia mengurangi konsumsi hewani dan lebih memperbanyak mengonsumsi nabati karena lebih ramah lingkungan.

Apalagi, peternakan hewan menyumbang kontribusi terbesar terhadap global warming. Food Agriculture Organization (FAO) mencacat peternakan berkontribusi terhadap gas rumah kaca sebesar 18 persen. Sedangkan dari sektor lain seperti transportasi udara, laut dan darat hanya berkontribusi sekitar 13 persen.

Dengan mengkampanyekan vegetarian, berarti IVS telah mengurangi global warming. “Saya merasakan betul perubahannya sejak vegetarian, tubuh makin bugar. Rasanya juga tambah muda,” ucapnya.

Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu 4 Februari 2012

Tidak ada komentar: