Komunitas Otomotif Diospeed
Oleh Heri Faisal
“Ya, kami ingin mengubah persepsi masyarakat terhadap komunitas motor ataupun mobil yang dianggap suka bikin onar,” kata Ketua komunitas Diospeed, Sonni kepada Padang Ekspres di depan Gedung Joeang, Jalan Samudera, Padang belum lama ini.
Lantaran ulah segelintir penyuka otomotif, pandangan masyarakat terhadap komunitas ini cenderung negatif. Tetapi dengan niat mulia ingin melakukan kegiatan positif, komunitas ini mampu menoreh prestasi mentereng.
Ya, sejak tumbuh sekitar tahun 2000 lalu, mereka memilih mengembangkan diri dalam bidang modifikasi. “Tapi tidak seronok, tidak asal modifikasi. Kami lakukan sesuai kelas untuk kontes,” katanya.
Tak heran, berbagai prestasi disabet komunitas ini dalam kontes modifikasi mobil. Mereka merajai Accelera Auto Contest (AAC) di Pekanbaru, Medan atau Palembang setiap tahun. “Setiap mobil yang diikutkan di kontes, selalu dapat juara,” katanya, bangga.
Seperti Feroza Biru yang menghabiskan dana Rp 250 juta untuk modifikasi menjadi yang terbaik di kelas ekstrem. Selama empat tahun menjadi The King Ekstrem di AAC Pekanbaru. Termasuk The King Elegan untuk Honda Civic di AAC 2010.
Komunitas ini tidak membatasi kreativitas anggotanya. Siapa pun boleh bergabung dan memilih bidang yang disukai. Tak hanya modifikasi, anggota yang menyukai olahraga balapan boleh bergabung dan mengembangkan diri di sana.
“Kami dukung semuanya. Bagi yang suka modifikasi silakan, ataupun hobi balap. Kami lebih sebagai tempat diskusi dan bertanya, untuk meningkatkan kualitas anggota,” sebutnya.
Syarat menjadi anggota pun tidak muluk-muluk. Yang penting, niatnya tidak ugal-ugalan, tidak memakai narkoba, dan mau kreatif. Anggota komunitas ini tidak semuanya memiliki kendaraan, tetapi mau bersama-sama untuk berbuat hal-hal positif.
“Kami juga turun untuk kegiatan-kegiatan sosial, seperti aksi penggalangan dana untuk korban bencana, dan menjalin keakraban dengan komunitas-komunitas lainnya. Ramadhan lalu, kami menggelar buka puasa bersama dan menyumbangankan pakaian untuk anak yatim,” papar Sonni.
Dalam komunitas, keakraban dan kekeluargaan menjadi syarat mutlak. “Saya bergabung di sini, karena melihat Diospeed banyak melakukan kegiatan positif,” kata Iqbal Suryanto yang baru bergabung 2010 lalu.
Iqbal mengaku banyak mendapat pelajaran setelah bergabung dengan Diospeed. Tidak hanya soal pengetahuan modifikasi mobil, tetapi juga dalam menjalin keakraban dan menumbuhkan jiwa sosial.
Untuk menjamin kelancaran kegiatan komunitas, mereka rutin menggelar pertemuan wajid setiap minggu. “Biasanya malam minggu,” kata pelajar kelas 3 SMA ini. Iqbal sendiri memodifikasi mobil Proton Neo Satrianya dengan tema street racing.
Selain canda dan gurau, berbagai rencana jangka pendek dan jangka panjang Diospeed dibahas. Termasuk pungutan iuran komunitas. “Setiap minggu kami iuran Rp10 ribu per orang,” katanya.
Iuran itu untuk kegiatan komunitas, termasuk mengirim anggota mengikuti kontes. “Pada 22 Februari nanti, kami akan menggelar ultah ke-12,” ucapnya. Kegiatannya berupa konvoi dengan melibatkan 200 komunitas otomotif Padang di Juliet CafĂ©.
Juga direncanakan akan dimeriahkan
dengan penampilan Aura Kasih dan DJ Green. “Silakan datang ke acara kami
nanti, terbuka untuk umum,” tutupnya.
Diterbitkan di Padang Ekspres Sabtu, 14 Januari 2012
Oleh Heri Faisal
Tak selamanya anggota
klub otomotif (motor dan mobil) bertingkah ugal-ugalan. Komunitas mobil
Diospeed misalnya, salah satu syarat penerimaan anggotanya tidak
ugal-ugalan. Tak hanya itu, setiap anggota harus bebas narkotika dan
obat-obat terlarang.
Anak-anak Diospeed saat ditemui tengah nongkrong di depan Gedung Joang (f/ sy ridwan)
“Ya, kami ingin mengubah persepsi masyarakat terhadap komunitas motor ataupun mobil yang dianggap suka bikin onar,” kata Ketua komunitas Diospeed, Sonni kepada Padang Ekspres di depan Gedung Joeang, Jalan Samudera, Padang belum lama ini.
Lantaran ulah segelintir penyuka otomotif, pandangan masyarakat terhadap komunitas ini cenderung negatif. Tetapi dengan niat mulia ingin melakukan kegiatan positif, komunitas ini mampu menoreh prestasi mentereng.
Ya, sejak tumbuh sekitar tahun 2000 lalu, mereka memilih mengembangkan diri dalam bidang modifikasi. “Tapi tidak seronok, tidak asal modifikasi. Kami lakukan sesuai kelas untuk kontes,” katanya.
Tak heran, berbagai prestasi disabet komunitas ini dalam kontes modifikasi mobil. Mereka merajai Accelera Auto Contest (AAC) di Pekanbaru, Medan atau Palembang setiap tahun. “Setiap mobil yang diikutkan di kontes, selalu dapat juara,” katanya, bangga.
Seperti Feroza Biru yang menghabiskan dana Rp 250 juta untuk modifikasi menjadi yang terbaik di kelas ekstrem. Selama empat tahun menjadi The King Ekstrem di AAC Pekanbaru. Termasuk The King Elegan untuk Honda Civic di AAC 2010.
Komunitas ini tidak membatasi kreativitas anggotanya. Siapa pun boleh bergabung dan memilih bidang yang disukai. Tak hanya modifikasi, anggota yang menyukai olahraga balapan boleh bergabung dan mengembangkan diri di sana.
“Kami dukung semuanya. Bagi yang suka modifikasi silakan, ataupun hobi balap. Kami lebih sebagai tempat diskusi dan bertanya, untuk meningkatkan kualitas anggota,” sebutnya.
Syarat menjadi anggota pun tidak muluk-muluk. Yang penting, niatnya tidak ugal-ugalan, tidak memakai narkoba, dan mau kreatif. Anggota komunitas ini tidak semuanya memiliki kendaraan, tetapi mau bersama-sama untuk berbuat hal-hal positif.
“Kami juga turun untuk kegiatan-kegiatan sosial, seperti aksi penggalangan dana untuk korban bencana, dan menjalin keakraban dengan komunitas-komunitas lainnya. Ramadhan lalu, kami menggelar buka puasa bersama dan menyumbangankan pakaian untuk anak yatim,” papar Sonni.
Dalam komunitas, keakraban dan kekeluargaan menjadi syarat mutlak. “Saya bergabung di sini, karena melihat Diospeed banyak melakukan kegiatan positif,” kata Iqbal Suryanto yang baru bergabung 2010 lalu.
Iqbal mengaku banyak mendapat pelajaran setelah bergabung dengan Diospeed. Tidak hanya soal pengetahuan modifikasi mobil, tetapi juga dalam menjalin keakraban dan menumbuhkan jiwa sosial.
Untuk menjamin kelancaran kegiatan komunitas, mereka rutin menggelar pertemuan wajid setiap minggu. “Biasanya malam minggu,” kata pelajar kelas 3 SMA ini. Iqbal sendiri memodifikasi mobil Proton Neo Satrianya dengan tema street racing.
Selain canda dan gurau, berbagai rencana jangka pendek dan jangka panjang Diospeed dibahas. Termasuk pungutan iuran komunitas. “Setiap minggu kami iuran Rp10 ribu per orang,” katanya.
Iuran itu untuk kegiatan komunitas, termasuk mengirim anggota mengikuti kontes. “Pada 22 Februari nanti, kami akan menggelar ultah ke-12,” ucapnya. Kegiatannya berupa konvoi dengan melibatkan 200 komunitas otomotif Padang di Juliet CafĂ©.
Diterbitkan di Padang Ekspres Sabtu, 14 Januari 2012
1 komentar:
gimana cara gabungnya...!!
ada fb nya gak?
Posting Komentar