Videomeker Muda Padang
Oleh Heri Faisal
“Awalnya saya tidak tahu, hanya suka menonton video saja. Tetapi setelah belajar bagaimana membuat video, keinginan saya untuk menekuni bidang ini begitu kuat,” kata Dara Arbia Septari, mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Putra Indonesia (UPI) kepada Padang Ekspres kemarin (17/2).
Dari sebatas menjalankan tugas membuat film untuk tugas kuliah, Dara bersama beberapa rekannya di jurusan DKV mulai merambah pembuatan video komersil. “Kami sudah bikin video klip band lokal,” kata Afrinanda.
Dia merasakan kepuasan tersendiri jika video yang mereka buat disaksikan orang lain. Apalagi sampai memberikan apresiasi. “Menyelesaikan satu karya saja sudah kepuasan luar biasa bagi kami,” lanjut Mardiana.
Membuat video, katanya, bentuk visualisasi ide-ide dan kritikan terhadap persoalan di masyarakat. Selain itu, juga dituntut mengeluarkan pikiran dan kreativitas ide untuk menghasilkan video-video terbaik.
Dia menyebut dalam membuat video diperlukan kerja sama tim dan kesamaan visi. Karena setiap orang memiliki bakat dan kemampuan khusus. Mulai dari sutradara, penulis skenario, kameramen, hingga editor. Kerja sama yang baik itu menghasilkan karya berkualitas.
Videomaker lainnya, Rice Syafriades, menyebut Sumbar memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh kalangan videomaker. Mulai dari potensi wisata alam, kebudayaan, hingga bermacam pranata sosial di masyarakat. Meski baru mengenal dunia video, mereka telah berencana menggarap film indie dan jenis video lainnya.
“Kami sudah rencanakan untuk bikin sebuah film hingga pertengahan tahun ini,” kata Ma’i, panggilan akrab Afrinanda. Dia menyebut untuk peralatan mereka memakai peralatan sederhana, kamera SLR yang dilengkapi video. Kadang juga memanfaatkan fasilitas kamera maupun lighting yang dimiliki kampus.
Menurut Wendo Afriyoma, bagus tidaknya kualitas video tidak mutlak ditentukan oleh kualitas peralatannya. Tetapi bagaimana kelihaian teknis videomaker memanfaatkan kondisi, cuaca, pengambilan sudut pandang dan kemampuan teknis lainnya, sehingga berdampak terhadap kualitas gambar. “Itu perlu dipelajari terus-menerus,” imbuhnya.
Mereka bertekad setelah mempelajari teknis pembuatan video iklan, klip musik, dokumenter, hingga film panjang di bangku kuliah, berencana menggarap film. “Kami sudah susun rencana. Bikin film dan ikut lomba,” kata Dara.
Untuk mendorong antusiasme generasi muda membuat film, produser Padang TV (grup Padang Ekspres), Rio Table mengatakan, mereka membuka peluang terhadap hasil karya anak-anak muda tersebut. Program ini akan diluncurkan pada April mendatang.
“Namanya Padang TV Videomakers. Di sana kami bebaskan peserta mengirimkan film-film karyanya,” kata dia. Persyaratannya meliputi film dokumenter atau film cerita dengan potret sosial budaya, karya orisinal, teknik pembuatan bebas, tidak boleh mengandung unsur SARA maupun pornografi, dan berdurasi maksimal 15 menit.
Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu 18 Februari 2012
Oleh Heri Faisal
Pernah Anda perhatikan
tayangan iklan atau video-video klip musik di televisi? Semakin menarik
saja bukan? Ya, sebab kreativitas videomaker saat ini semakin tinggi
saja. Mulai dari peralatan yang mudah didapat dengan sentuhan berbagai
teknologi, hingga kemampuan pembuat film yang semakin tangkas. Maka
karya terbaik yang menarik minat masyarakat bermunculan di layar kaca.
Aksi videomeker Padang menghasilkan karya (f/ sy ridwan)
“Awalnya saya tidak tahu, hanya suka menonton video saja. Tetapi setelah belajar bagaimana membuat video, keinginan saya untuk menekuni bidang ini begitu kuat,” kata Dara Arbia Septari, mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Putra Indonesia (UPI) kepada Padang Ekspres kemarin (17/2).
Dari sebatas menjalankan tugas membuat film untuk tugas kuliah, Dara bersama beberapa rekannya di jurusan DKV mulai merambah pembuatan video komersil. “Kami sudah bikin video klip band lokal,” kata Afrinanda.
Dia merasakan kepuasan tersendiri jika video yang mereka buat disaksikan orang lain. Apalagi sampai memberikan apresiasi. “Menyelesaikan satu karya saja sudah kepuasan luar biasa bagi kami,” lanjut Mardiana.
Membuat video, katanya, bentuk visualisasi ide-ide dan kritikan terhadap persoalan di masyarakat. Selain itu, juga dituntut mengeluarkan pikiran dan kreativitas ide untuk menghasilkan video-video terbaik.
Dia menyebut dalam membuat video diperlukan kerja sama tim dan kesamaan visi. Karena setiap orang memiliki bakat dan kemampuan khusus. Mulai dari sutradara, penulis skenario, kameramen, hingga editor. Kerja sama yang baik itu menghasilkan karya berkualitas.
Videomaker lainnya, Rice Syafriades, menyebut Sumbar memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh kalangan videomaker. Mulai dari potensi wisata alam, kebudayaan, hingga bermacam pranata sosial di masyarakat. Meski baru mengenal dunia video, mereka telah berencana menggarap film indie dan jenis video lainnya.
“Kami sudah rencanakan untuk bikin sebuah film hingga pertengahan tahun ini,” kata Ma’i, panggilan akrab Afrinanda. Dia menyebut untuk peralatan mereka memakai peralatan sederhana, kamera SLR yang dilengkapi video. Kadang juga memanfaatkan fasilitas kamera maupun lighting yang dimiliki kampus.
Menurut Wendo Afriyoma, bagus tidaknya kualitas video tidak mutlak ditentukan oleh kualitas peralatannya. Tetapi bagaimana kelihaian teknis videomaker memanfaatkan kondisi, cuaca, pengambilan sudut pandang dan kemampuan teknis lainnya, sehingga berdampak terhadap kualitas gambar. “Itu perlu dipelajari terus-menerus,” imbuhnya.
Mereka bertekad setelah mempelajari teknis pembuatan video iklan, klip musik, dokumenter, hingga film panjang di bangku kuliah, berencana menggarap film. “Kami sudah susun rencana. Bikin film dan ikut lomba,” kata Dara.
Untuk mendorong antusiasme generasi muda membuat film, produser Padang TV (grup Padang Ekspres), Rio Table mengatakan, mereka membuka peluang terhadap hasil karya anak-anak muda tersebut. Program ini akan diluncurkan pada April mendatang.
“Namanya Padang TV Videomakers. Di sana kami bebaskan peserta mengirimkan film-film karyanya,” kata dia. Persyaratannya meliputi film dokumenter atau film cerita dengan potret sosial budaya, karya orisinal, teknik pembuatan bebas, tidak boleh mengandung unsur SARA maupun pornografi, dan berdurasi maksimal 15 menit.
Diterbitkan di Padang Ekspres, Sabtu 18 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar