Oleh Heri Faisal & Fresti Aldi
Kegelisahan itu pulalah yang menjadi dasar Ade mendirikan Dar El- Qalam pada Desember 2008 lalu. Tujuannya menjadi wadah bagi orang-orang yang mau menggeluti dan memiliki ketertarikan atau hobi kaligrafi. Kemudian, membawanya menjadi sesuatu yang bisa membanggakan, berprestasi di bidang itu. Lalu menjadi profesi yang menyenangkan dan menghasilkan uang.
“Itu saja tujuannya, kita senang dengan sepenuh hati mengerjakannya dan bisa hidup dari situ,” jelasnya.
Di almamaternya IAIN Imam Bonjol, Ade pernah terlibat di sanggar Al-Qalam yang khusus mempelajari kaligrafi. Sayang, di sanggar itu kurikulum yang diberikan hanya untuk kelas dasar, atau bagi kaligrafer pemula. Aturan kampus juga membuat sanggar tidak bisa difungsikan layaknya sebuah komunitas seni. Jika ingin mengadakan acara harus melalui peraturan kampus yang ketat.
“Kami ingin mendukung prestasi kaligrafi Sumbar,” kata Ade Setiawan, Ketua Komunitas Kaligrafi Dar El-Qalam. Menurutnya, di luar Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, Sumbar memiliki potensi kaligrafi yang besar. Ada banyak bakat kaligrafer, tapi sayang tak banyak ruang yang bisa dipakai untuk kelompok hobi ini berkreasi menunjukkan bakatnya.
Hari Mukhlas, Ade Setiawan, dan M Fadhol mengerjakan kaligrafi untuk masjid Baitul Mukmini, Bariang, Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Padang (f/sy ridwan)
Kegelisahan itu pulalah yang menjadi dasar Ade mendirikan Dar El- Qalam pada Desember 2008 lalu. Tujuannya menjadi wadah bagi orang-orang yang mau menggeluti dan memiliki ketertarikan atau hobi kaligrafi. Kemudian, membawanya menjadi sesuatu yang bisa membanggakan, berprestasi di bidang itu. Lalu menjadi profesi yang menyenangkan dan menghasilkan uang.
“Itu saja tujuannya, kita senang dengan sepenuh hati mengerjakannya dan bisa hidup dari situ,” jelasnya.
Di almamaternya IAIN Imam Bonjol, Ade pernah terlibat di sanggar Al-Qalam yang khusus mempelajari kaligrafi. Sayang, di sanggar itu kurikulum yang diberikan hanya untuk kelas dasar, atau bagi kaligrafer pemula. Aturan kampus juga membuat sanggar tidak bisa difungsikan layaknya sebuah komunitas seni. Jika ingin mengadakan acara harus melalui peraturan kampus yang ketat.