Kamis, 18 Oktober 2012

Jangan Dibunuh tapi Cintai

Komunitas Pecinta Reptil di Padang

Oleh Heri Faisal

Takut sama ular, biawak atau dengan jenis-jenis reptil lainnya? Ya, wajar saja karena hewan-hewan tersebut berbisa dan dinilai menakutkan. Tetapi sebenarnya, ular dan reptil sejenisnya tidak akan menyakiti kalau tidak diganggu atau disakiti.

Pecinta reptil Padang berpose dengan hewan peliharaan mereka (f/ sy ridwan)

“Kuncinya sayangi saja binatang-binatang tersebut, karena kalau kita sayangi dia juga akan jinak dengan kita,” kata Radityo, salah seorang penyuka reptil di Padang, kemarin. Tio—panggilan akrab Radityo, mengaku sudah sembilan tahun memelihara reptil.

Awalnya, kata dia, hanya berupa ketertarikan saja terhadap reptil jenis ular, biawak, atau jenis kadal. Dia melihat banyak orang yang justru takut dengan hewan tersebut, bahkan cenderung menyakiti ketika bertemu.

Tetapi karena tidak merasa takut dan telanjur tertarik, maka dia memutuskan memelihara ular. “Gampang memeliharanya, karena tidak perlu memberi makan tiap hari. Yang penting sediakan kandang dan tempat nyaman untuknya,” kata Tio.

Rekan Tio, Danu Setyo Herlambang mengatakan memelihara reptil perlu keseriusan dan kesabaran, terutama untuk reptil yang didapat dari alam bebas. “Tetapi intinya beri perlakuan dengan baik,” kata mahasiswa Pertanian Universitas Andalas itu.

Dia menyebutkan untuk pedekate (pendekatan) waktunya tidak menentu. Bisa cepat dalam sehari, bisa seminggu, dua minggu, hingga ada juga yang sampai berbulan-bulan. Bahkan Oriza Safitri, baru beberapa bulan saja, sudah menikmati sebagai pencinta reptil. “Awalnya takut, tetapi ternyata menyenangkan. Ular itu tidak jahat,” tukasnya.

Dia mengatakan untuk mendekati hewan-hewan melata tersebut yang perlu dilakukan adalah kehati-hatian, dan kesabaran untuk mendekatkan diri dengannya. “Pada dasarnya reptil, sama saja dengan hewan lainnya. Tergantung perlakuan kita,” katanya.

Untuk makanan hewan peliharaannya tersebut, Tio mengaku selama ini cukup mudah mendapatkannya seperti tikus, ayam dan katak. Itu pun tidak perlu diberikan setiap hari. “Kalau ditotalkan, dalam sebulan bisa menghabiskan Rp150 ribu untuk pemeliharaannya,” kata Tio.

Saat ini ketiganya bergabung di Komunitas Reptil dan Ampibi Padang (KRAP) yang baru didirikan akhir tahun lalu. Anggotanya sudah sekitar 28 orang. “Jadi setiap orang yang memiliki hobi memelihara reptil dan menyukai hewan tersebut boleh bergabung di komunitas ini,” katanya.

Dia mengatakan misi mereka, ingin mengajak masyarakat untuk mencintai reptil. Apalagi saat ini hutan sudah banyak ditebang, sehingga mereka kehilangan habitatnya. Tidak sedikit dari hewan tersebut akhirnya menyusup ke permukiman hingga dibunuh warga.

“Kami minta masyarakat yang menemukan ular atau jenis reptil dan amfibi jangan langsung dibunuh. Tetapi kalau tidak bisa ditangkap, silakan hubungi kami. Menangkapnya pun jangan dengan kekerasan,” pesan Tio.

Mereka berencana tetap akan mengantar kembali reptil dan amfibi ke habitatnya yang aman. Selama ini hewan-hewan semacam itu sering kali diburu masyarakat untuk dibunuh dan dijual. Mereka sangat menentang itu.

Diterbitkan di harian Padang Ekspres, Sabtu 31 Maret 2012

Tidak ada komentar: