Oleh Heri Faisal
Tomi Halnandes, ketua Kelompok Seni Berjalan (KSBJ) Trotoart saat dijambangi Padang Ekspres melihat seni rupa kebanyakan digelar di ruang tertutup, di galery atau di ruang pameran yang indah. Artinya, kalaupun bukan dari kalangan berada, penikmat biasanya datang dari mereka yang mengerti seni.
Makanya, Tomi dan rekan-rekannya bertekad, seni juga harus dinikmati oleh masyarakat luas tanpa batas. Itu pula yang menjadi dasar mereka mendirikan Trotoart, Februari tahun lalu. Meski awalnya hanya sebagai tempat kongkow teman sepermainan. Tapi dalam perjalanannya, mereka banyak bersentuhan dengan sisi-sisi kemanusiaan.
Kesan seni rupa yang cenderung mewah dan elite, dipatahkan Kelompok Seni Berjalan (KSBJ) Trotoart. Cita-cita mereka cuma satu: membawa seni sampai ke “jantung” masyarakat. Artinya, tidak hanya akan berkesenian sampai ke pelosok-pelosok, tetapi juga akan membuat masyarakat mengerti dengan seni yang mereka bawakan.
Anak-anak Trotoart sibuk menghasilkan karya (f/sy ridwan)
Tomi Halnandes, ketua Kelompok Seni Berjalan (KSBJ) Trotoart saat dijambangi Padang Ekspres melihat seni rupa kebanyakan digelar di ruang tertutup, di galery atau di ruang pameran yang indah. Artinya, kalaupun bukan dari kalangan berada, penikmat biasanya datang dari mereka yang mengerti seni.
Makanya, Tomi dan rekan-rekannya bertekad, seni juga harus dinikmati oleh masyarakat luas tanpa batas. Itu pula yang menjadi dasar mereka mendirikan Trotoart, Februari tahun lalu. Meski awalnya hanya sebagai tempat kongkow teman sepermainan. Tapi dalam perjalanannya, mereka banyak bersentuhan dengan sisi-sisi kemanusiaan.