Jumat, 27 Agustus 2010

Cerita dibalik Krisis Paletina

Oleh Heri Faisal 

Judul Buku : Inside Gaza
Penulis : Yeyen Rostiyani
Penerbit : Kinza Books
Cetakan 1 : Februari 2009
Tebal : 141 Halaman

Selama 22 hari sejak Desember 2008 hingga Januari 2009, warga Gaza dikagetkan oleh serangan brutal tentara Israel. Dalam periode itu sedikitnya 1.300 warga Palestina dinyatakan tewas. Korban sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Selain itu ratusan rumah, pertokoan, dan perkantoran juga mengalami kerusakan yang amat parah. Imbasnya jaringan listrik, saluran air bersih, dan distribusi makanan terhambat menuju Gaza.
Semua mata menangis, semua jiwa kecewa, semua raga tersiksa menyaksikan derita anak-anak Palestina meregang nyawa tanpa tahu apa salah mereka. Ribuan doa terucap, ratusan makian terlontar mengiringi panas hujan peluru dan banjir darah di negeri para nabi.
Sebenarnya, seberapa besar dosa Palestina sehingga warganya dengan semena-mena dijadikan sasaran latihan menembak tentara Israel. Sudah sebegitu bencinyakah alam kepada mereka? Sehingga dunia hanya bisa menyaksikan penghancuran sebuah peradaban tanpa dapat berbuat banyak? Ataukah justru bujuk rayu iblis bernama Israel terlalu kuat untuk memperdayai segala umat? Sehingga mereka dibutakan dengan berbagai macam tipu daya dan muslihat? Atau ada hal yang lain.
Tidak dapat dimengerti, mengapa sampai saat ini semua orang hanya bisa bicara tanpa mampu berbuat nyata ketika Zionis mengusir dan membantai rakyat Palestina di tanah air mereka sendiri. Pertanyaannya tidak lagi ditujukan kepada bangsa Arab yang selama ini selalu disalahkan karena tidak mampu mengetengahi konflik Palestina. Tetapi sekarang, konflik ini adalah masalah seluruh bangsa di dunia. Mengapa setelah semua berkoar-koar untuk menegakkan HAM (Hak Asasi Manusia) dan menjalankannya di setiap negara dan disegala segi kehidupan, namun justru tak ada tindakan ketika sudah berbicara Palestina. Mereka yang getol mendengungkan propaganda ini, malah diam seribu bahasa. Ada apa sebenarnya di Palestina?
Kalau Syafii Maarif berpendapat konflik di Palestina adalah konflik kemanusian yang dibuktikan dengan hanya dalam kurun waktu 22 hari saja sudah merenggut 1.300 korban di sebelah pihak. Semua pengamat beranggapan peristiwa itu adalah kejahatan HAM. Tetapi tidak ada yang mampu dan bisa menindaklanjuti konflik tersebut.
Sejak memasuki palestina di tahun 1947, Israel secara terang-terangan mengusir bangsa Arab Palestina dari tanah air mereka. Hingga akhir 2008 Israel sedah menguasai lebih dari 80% wilayah Palestina. Sepanjang kurun waktu itu pula generasi Palestina selalu disuguhi demtuman meriam dan serangan mortir setiap harinya. Tidak ada yang bisa memastikan kapan pembantaian ini berakhir, kecuali bangsa Israel sendiri yang ingin mengakhirinya.
Inside Gaza, dalam tuturan dan fakta-fakta yang diungkap Yeyen mengindikasikan konflik takkan jua berakhir. Pendapat itu didasari data dan pandangan yang merujuk pada sikap Israel dan Amerika. Selagi belum ada itikad damai dari keduanya, maka perdamaian itu mustahil bakal terwujud. Alibi ini didasarkan pada sikap Amerika yang selalu dengan mudah mengabulkan setiap keinginan Israel. Bukti awal, ketika resolusi gencatan senjata diusulkan PBB dan disetujuai 14 anggota, Amerika malah memilih abstein. Fakta ini diperkuat dengan pengakuan Olmert (Perdana Menteri Israel) yang sebelum sidang telah menghubungi Bush, dan meminta Amerika untuk abstein.
Secara kasat mata, Amerika dan Israel bersekongkol untuk menguasai Palestina. Namun sebenarnya salah satu dari mereka hanyalah alat untuk mencapai tujuan politis suatu bangsa. Tidak tahu pasti siapa sebenarnya dalang dalam setiap aksi yang merugikan warga Palestina ini. Israelkah sebagai budak Amerika, atau justru Amerika yang dimanfaatkan Israel. Yang jelas keduanya dengan getol menginginkan potensi alam Palestina yang bisa menjadi alasan lain pendudukan tersebut.
Yeyen Rostiyani, seorang pakar liputan Timur Tengah memahami betul situasi diwilayah tersebut. Walupun bahasa yang ia gunakan kurang menarik dan terkesan membosankan, Yeyen menutupinya dengan kekayaan data dan fakta-fakta yang jarang diekpos media massa. Tambahan liputan dan wawancara langsung dengan salah seorang petinggi Hamas menjadi poin tersendiri yang patut pembaca ketahui. Setidaknya kita bisa mengambil hikmah dari konflik yang ada di Palestina, agar bisa menjadi renungan kita kedepan untuk bertindak demi kemaslahatan umat.

Tidak ada komentar: