Rabu, 03 November 2010

Awak Persija Disambut Gempa

Oleh Heri Faisal

            Senin malam (25/10) sekitar pukul 09.45 Kota Padang dihoyak gempa dengan kekuatan 7,2 pada Skala Richter berpusat di barat laut Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauian Mentawai.suasana malam yang ribut oleh hujan semakin gaduh oleh ratusan warga yang panik karena gempa. Trauma gempa setahun lalu pasti masih begitu membekas. “gempanya tak besar, tapi terasa lama” kata Berry (mahasiswa UNP yang tinggal di sekitar Air Tawar) menjelaskan. Tak tampak kekhawatiran di wajahnya.
           Bambang Pamungkas dan Hendro Kartiko tampil di bawah performa terbaik saat melawat ke Semen Padang, Selasa (26/10), gempa Mentawai yang menghebohkan Padang malamnya disinyalir menjadi sebab (repro)

             Di depan kosannya, dengan hanya dibatasi jalan raya dua jalur, suasana terasa jauh lebih gaduh. Ratusan orang lari tunggang langgang keluar menghindari bangunan besar Basko Hotel dan pusat perbelanjaan Basko Grandmall. Maklum, tahun lalu bangunan mewah banyak tak selamat dari gempa.
            Di antara orang-orang yang keluar memenuhi jalanan, tampak Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas dengan baju bermerk Persija menarik perhatian warga. Rombangan Persija memang menginap di Basko Hotel menjelang pertandingan menghadapi Semen Padang dalam lanjutan Liga Super Indonesia keesokan harinya. Ismed tampak tegang. Mungkin ia teringat bencana gempa dan tsunami yang meluluh lantakan tanah kelahirannya 2004 silam.
             Diikuti para penghuni lainnya, halaman hotel ini begitu ramai. Bambang tampak mudah beradaptasi dengan warga yang mencuri kesempatan berdialog langsung di tengah kepanikan akibat gempa. Meski masih tampak guratan kecemasan di wajahnya, ujung tombak Persija ini justru lebih ramah berkomunikasi dengan warga tanpa pengawalan. “ternyata BP ngga pelit diajak ngomong ya” celoteh Andi, warga sekitar yang malam itu berkesempatan bertemu idolanya. BP adalah panggilan untuk Bambang Pamungkas.
             Di tengah ratusan orang yang memadati jalanan dan pelataran hotel termegah di kota Padang itu, tiba-tiba Walikota, Fauzi Bahar mengumumkan siaga tsunami melalui radio. Sekejap saja orang-orang kembali panik, membuat jalanan makin tak karuan lagi. Aku mencoba mengenali awak Persija yang kini membaur total dengan masyarakat dalam kepanikan malam itu. Ada Oktavianus, Greg Nwokolo, Oliver Makor, Syamsul Chaerudin, Precious Emuejeraye, dan beberapa bule yang sibuk mengemasi barang-barangnya keluar dari hotel. Ada ketakutan di wajah-wajah mereka.
             Aku ikut terbuai suasana itu. Bayangan gempa tahun lalu belum bisa dihilangkan dari benakku. Tetapi insting kewartawanan yang mulai kutempa di media kampus membuat kaki ini urung melangkah menyelamatkan diri. Aku ingin wawancarai mereka.
            Sambil berupaya menerobos jalanan yang kian sesak, handphone (HP)-ku terus  bergetar. “Ah sialan”, aku menggumam kecil. Ternyata panggilan dari ibu di kampung. Harus diangkat dulu. Sekitar sepuluh menit aku berbicara dengan ibu. Ia menanyakan keadaanku. Terdengar suaranya mengandung kecemasan yang amat sangat. “gempanya berpotensi tsunami, pulang lah nak kalau ada mobil malam kini”, bujuk ibu yang kudengar mulai menangis. Kutenangkan beliau bahwa keadaan baik-baik saja sebelum memutus sambungan.
             Aku mengejar Bambang yang sudah memasuki lobby. Tapi HP-ku lagi-lagi bergetar. Kulayani dulu. Aku tak ingin membuat orang lain cemas karena ulahku. Panggilan dari keluargaku yang lainnya di kampung datang silih berganti. Aku terus melayani panggilan mereka, sampai gerimis reda sampai baterai HP-ku habis. “ini pasti ulah TV”, keluhku. Maklum, pamanku bercerita mendengar berita di TV bahwa gempa berpotensi tsunami di Padang. “warga sudah banyak yang mengungsi” katanya. Aku berpikir pastilah ada stasiun TV yang cari sensasi dengan membesar-besarkan berita.

            Hengki Ardiles tampil menawan dengan mencetak gol tunggal kemenangan Semen Padang atas Persija dalam lanjutan kompetisi ISL, Selasa (26/10). Mengobati duka masyarakat Sumbar akibat gempa dan tsunami Mentawaii (repro)
            Satu dua jam berlalu, tak ada tsunami yang ditakuti itu. Masyarakat pun sudah berangsur kembali ke rumah-rumah mereka. Jalanan mulai normal kembali. Bambang tak tampak lagi. Keramaian juga mulai berkurang. Tiba-tiba M. Ilham dan Syamsul Chaerudin lewat di sampingku, baru saja membeli gorengan. Aku buru-buru mencegat. Bicara ala kadarnya, menanyakan soal gempa tadi. M. Ilham bilang di atas ada retakan. Aku tak tahu di atas mana yang dimaksud. Seumur-umur, meski berada dekat dengan kampusku, aku baru sekali berkunjung ke Basko Hotel. Jadi tak hapal ruang-ruangnya.
            Aku beri keyakinan  pada mereka bahwa tak perlu takut dengan gempa, toh di Padang sudah biasa. Jangan pernah bosan ke sini bang” kataku. Syamsul hanya tersenyum kecut, berlalu menuju penginapan.
            ***
            Selasa sore (26/10) Persija, tim kebanggaan ibukota Jakarta ditaklukkan anak-anak Semen Padang dengan permainan meyakinkan di Stadion Agus Salim. Permainan taktis Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo tak terlihat di pertandingan sore itu. Justru Hengki Ardiles lah yang menjadi bintang setelah menjebol gawang Hendro Kartiko. Ketakutan akan gempa mungkin masih menghantui awak Macan Kemayoran ini.  
            Benar saja. Setelah pertandingan pelatih Rahmad Darmawan dalam konferensi persnya menyebut, anak asuhnya kurang tidur karena takut akan datang gempa susulan. Tapi yang jelas, sore itu Laskar Kabau Sirah menang secara jantan. Sedikit banyak mengobati luka masyarakat minang akibat musibah gempa.

Tidak ada komentar: