Senin, 12 Juli 2010

Kembali Menyusuri Sungai


Oleh Heri Faisal

Judul                           : Jelajah Musi, Eksotika Sungai di Ujung Senja
Penulis                         : Tim Kompas
Penerbit                       : Kompas
Cetakan                       : I, April 2010
Tebal                           : xxiv + 376 Halaman



            Mungkin sekarang, tak banyak lagi dari kita yang peduli dengan kehidupan dan pentingnya fungsi sungai. Padahal di masa lalu, sungai adalah sumber utama hidupnya perekonomian masyarakat. Ya, aktifitas perekonomian lebih banyak dihabiskan di sepanjang aliran sungai. Transportasi utama masyarakat untuk bepergian atau membawa barang dari suatu daerah ke daerah lainnya jauh lebih mudah dan efisien dengan melewati sungai. Aktifitas kehidupan sehari-hari, mulai dari pasar, kegiatan mencuci, mandi dan sebagainya lebih banyak dilakukan di sekitar aliran sungai.
            Tanpa sungai roda perekonomian bisa dikatakan takkan berjalan dengan optimal. Namun seiring majunya peradaban, fungsi sungai yang demikian sakral lambat laun mulai ditinggalkan masyarakat. Transportasi darat dan udara yang mengalami kemajuan pesat menutup ingatan orang tentang betapa pentingnya fungsi sungai itu dulu.
            Tim Kompas dalam buku Jelajah Musi, Eksotika Sungai di Ujung Senja mengajak kita kembali memutar memori masa lalu bangsa ini. Melihat pusat nadi kehidupan masyarakat Indonesia yang tak pernah lepas dari sungai. Sungai Musi di Provinsi Sumatera Selatan dengan panjang kurang lebih 720 kilometer adalah potret makmur kehidupan masyarakat Sumsel waktu itu. Musi menjadi roh yang menggerakkan arus dan mobilitas perekonomian rakyat di sepanjang alirannya.
            Negeri ini memiliki ratusan sungai yang berperan besar menciptakan peradaban maju di bumi nusantara. Memberikan kemakmuran dan kesejahteraan hidup bagi masyarakatnya. Selain Musi, ada sungai Batanghari di Provinsi Jambi, sungai Siak di Riau, sungai Asahan di Sumatera Utara, Kapuas, Barito, dan Mahakam di Kalimantan, Ciliwung, Begawan Solo di Jawa, dan masih ada ratusan sungai yang menjadi saksi majunya peradaban masyarakat di masa lalu.
            Catatan kemajuan dan pentingnya fungsi sungai dalam masyarakat Indonesia tempo dulu, kini hanya sebatas romantika yang terlupakan. Sungai Musi dalam sejarahnya adalah roh utama perekonomian masyarakat Palembang dan rakyat Sumsel di sepanjang aliran Musi. Mereka tumbuh dan hidup dalam tradisi bersih masyarakat pedesaan yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi sungai.
            Tapi kini, kepedulian masyarakat terhadap sungai sudah jauh berkurang. Bahkan mungkin sudah tak ada lagi. Laporan Tim Kompas menyebutkan, sungai Musi sudah mengalami kerusakan yang amat parah. Kerusakan tersebut sudah terlihat mulai dari hulu sungai sampai buritan sepanjang 720 kilometer yang dialirinya. Jenis kerusakan lebih pada erosi yang tak terbendung. Yang menyebabkan acapkali terjadi lonsong di sepanjang aliran sungai. Akibatnya terjadi pendangkalan di banyak bagian sungai.
            Kini kita bisa lihat, kapal-kapal kecil sekali pun tak bisa melewati sungai Musi di musim kemarau. Padahal sungai ini dulunya adalah jalur transportasi utama untuk masuk atau keluar kota Palembang. Kapal-kapal besar bahkan bisa beroperasi dengan baik disini. Dalam buku setebal 376 halaman ini, tim Kompas melihat tidak ada upaya representatif dari masyarakat di sekitar sungai dan pemerintah khususnya untuk memulihkan kondisi sungai. Erosi yang selama ini menjadi momok bagi keseimbangan sungai belum tampak ada upaya perbaikan.
            Di sepanjang sungai tak ditemukan tumbuhan atau pohon-pohon yang kuat menahan erosi. Kalau tidak ada keinginan kuat dari masyarakat atau tidak ada juga upaya pemerintah untuk memperbaiki keseimbangan sungai, kita bisa saksikan apa yang akan terjadi pada salah satu kekayaan alam Indonesia ini di masa mendatang. Mungkinkah kita hidup tanpa sungai ? Kini, bisa jadi kita beralibi demikian, sungai tak lagi penting dalam kehidupan modern. Tapi harus diingat tanpa sungai, kita akan kehilangan salah satu ekosistem terpenting dalam kehidupan.

Tidak ada komentar: